Bila bujangan eh juragan jalan-jalan
Lisbon has exchanged the sounds of the past - the cries of Galician water-carriers and of bakers bearing huge baskets of bread or the whistles of the knife-grinder - for the sounds of motor traffic and the clanging of trams.
Some traditions, however, remain. We can still see varinas (fish sellers) in the streets, dressed in long, black skirts, carrying their wares in baskets on their heads; and we can still hear sung in the little cafes of the medieval Alfama quarter the sad, romantic music called Fado.
Vessels tie up at quays open to the everyday life of the town, where the clang of the trolley cars blends with the sound of ships bells. At dawn, fishing boats deposit their catch at the towns front doorstep for noisy auction to Lisbon dealers, while the varinas wait to fill the baskets they peddle through the streets. Further within, the fish market gives way to the equally colourful and clamorous fruit and vegetable market.
Lisbon is built in a succession of terraces up the slopes of a range of low, rolling hills, which rise from the banks of the Tagus River and the Sea of Straw (Mar de Palha - a reference to the sheen of the water). Sections of the city vary considerably in height, especially in the older areas along the waters edge, offering splendid views of the river and the low cliffs that line the rivers southern shore.
Lisbon has a mild and equable climate, with a mean annual temperature of 63º F (17º C), which makes the city pleasant to visit at any time of the year.
Despite the modern changes, Lisbon, in many ways, retains the air of a 19th-century city and it truly has something for everyone!
Jumat, April 24, 2009
Sabtu, Maret 21, 2009
Berita Duka di Hari Kamis, 19 Maret 2009
IN MEMORIAM RACHMAT SOEDJOKO (Mamat)
Setelah berjuang melawan sakit yang diderita akibat serangan stroke, akhirnya teman kita Mamat berpulang ke Rahmatullah. Mamat yang terkenal ramah, humoris dan pandai bergaul ini meninggalkan seorang isteri, Ita Rachmat dan seorang anak bernama Syifa Rachmat, kelas 2 SD.
Inalillahi wa inalillahi rojiun.
Barusan, Ita (isteri Mamat) telpon.
Mamat dikabarkan sudah 'berangkat'.
Ita sendiri masih dalam perjalanan pulang ke rumah.
Dia dapat berita dari perawat di rumah.
Mohon bantuan untuk mengantar Mamat yah.
Semoga semua dimudahkan dan dilancarkan.
Keluarga Besar Mamat,
Keluarga Besar Sonic,
Keluarga Besar SMP 68
Kelurga Besar SMA 34,
bisa hadir melihat Mamat terakhir kalinya.
salam,
Kamis, 19 Maret 2009. Pk 15:54
niken
-------
Dear All,
Mohon bantuan teman2 yg mungkin berada diwilayah pd.labu dan sekitarnya, mungkin ita jg blum sampai di rumah duka krn msh dlm perjalanan dr kantor, team kita usahakan lbh cepat, laporkan secepatnya apa2 sj yg mungkin diperlukan, call didien or niken utk konsumsi, tenda dll, bro bunga kl lu monitor coba koordinasi sm rizal krn paling dekat dgn rumah duka, bro ajie please take note also, gw usahakan secepatnya merapat. Many thanks guys for your help and support.
Warm Regards, Hari Prasetiya
----------
Saat ini saya dan Delta sdh otw ke rumah duka,tepatnya di dkt UPN,utk sementara ini kita baru membawa Aqua gelas dan kue2 kecil secukupnya.
Salam
Tira
------------
Innalillahi wa inailaihi rojiun,.saya turut berduka cita yang sedalam dalamnya atas kepergian rekan Mamat dengan doa agar almarhum di terima di sisiNya, di maafkan kesalahannya, ditinggikan derajatnya, dilapangkan kuburnya dan dilancarkan jalannya. Kepada keluarga yang ditinggalkan kiranya diberikan kekuatan dan ketabahan oleh Allah SWT dalam menghadapi musibah ini. Amin.
Mohon informasinya kapan almarhum akan dimakamkan dan dimana.
Salam. Agung Nugroho
----------
Semoga amal ibadah almarhum mamat diterima Allah SWT dan untuk keluarga yg ditinggalkan diberikan kekuatan dan senatiasa dlm lindungan dan pertolonganNYA.Farewell Mat...........
Innalilahi wa Inna Ilaihi roji'un. Ikut duka cita atas wafatnya Sadaraku Mamat. Semoga lapang jalannya menuju surga. dan keluarga yang ditinggalkan tabah selalu. Amin! / Budi Prayitno
-----------
Innalillahi wa ina ilaihi raji'uun
Turut berduka sedalam-dalamnya, semoga arwah alm. Rachmat Soedjoko (Mamat) diterima di sisiAllah SWT, untuk keluarga dan kerabatnya semoga dilimpahkan keikhlasan, kekuatan, ketabahan dan dilimpahkan rizqi yang barokah serta urusannya diberi kelancaran, amiin, amiin ya rabbal alamiin.
Ario Darmoko
-----------
Mamat dimakamkan Jumat, 20 Maret, sebelum sholat jumat. Berangkat dari rumah duka jam 9 pagi. ke Sawangan Al Muthmainnah Desa Salatri kel Bedahan SawanganRegards,
Medwin (Didien) P.
-----------
Hetty Nursukwati juga mengomentari statusnya di Facebook:
Mamat seorang teman yang menyenangkan, selalu membawa kebahagiaan diantara kita ....
Mamat sudah berbahagia disana.
------------
Selamat melanjutkan perjalanan, teman.
Ikhlas lahir dan batin.
niken
-----------
Selamat jalan mat......doa kami menyertai perjalanan mu. Salam T Bunga
Pemakaman Mamat sudah selesai dgn baik dan lancar. Perjalanan Mamat juga sudah sampai tujuannya. Selamat jalan teman. Suatu saat kita akan bertemu kembali. . .amien. Regards,
Medwin (Didien) P.
-----------
Lihat kamu pakai kaos aku nggak gendut lho!. Aku jadi ingat wktu pertama kita ketemu di cwe mie setelah sekian lama kita semua tidak berjumpa sejak tahu 2004. Aku ingat kempunculan kamu dengan tawa lebar khas kamu, kamu tambah bulet dan aku spontan bilang bohong ! Dengan pedenya kamu tertawa terus kamu bilang yang penting khan buktinya ini kaos aja bilang aku nggak gendut jadi bener khan, pe de aja lagi. Emang bener, kamu itu teman yang sangat2 pe de, dan dengan ke pe de an mu, kamu tebarkan ceria disekitar mu. Dengan candamu, gaya mu yang lucu kamu timbulkan senda gurau diantara kita Kamu hilangkan segala resah hati dengan ceria mu.Kamu buat hidup ini mudah, segalanya buat ceria saja.
Aku juga ingat waktu kita sma, camping bareng dlu & jalan bareng, ada kmu bikin rame. Aku ingat kamu waktu suka naik sepeda ke sekolah. masih kurus kamu. tapi mamat dulu dan sekarang tetep saja gak ada bedanya, sama aja gila nya. he.he.
Inget juga khan waktu kita ikutan zona 80, kamu dengan cerianya ikut berjoget, walau ceritanya kita ini pada terjebak, dengan kemiripan kamu dengan jaya suprana, kamu menari dengan semangatnya.Gak akan hilang kenangan itu.
Sejak kamu sakit, sinar ceria itu hilang diantara kita.Beda banget nggak ada kamu. Kami terus masih berharap kamu kembali lagi diantara kita, tebarkan bahagia dan keceriaan diantara kita. Kami ikuti perkembangan mu dari Ita, yang aku rasakan seorang istri yang tegar. Dia beritakan perkembangan kamu kepada kami semua, dari waktu di rumah sakit sampai di rawat di rumah. waktu kami dengar kemajuan yang kamu alami, kami senang sekali. Kami selalu berdo'a agar kamu cepat puluh & kembali diantara kita.
Waktu aku tengok kamu di rumah sakit. aku lihat kamu yang diam. Dalam hati aku berteriak " bangun ndut, cepet bangun, kembali ke kita. Aku pengen denger tawa khas kamu, canda kamu, aku pengen kita bercanda seperti dulu, saling meledek diantara teman, aku pengen kehebohan yang kamu bawa ndut." Akumlihat Ita dengan ketabahannya merawat & menjagamu, shifa dengan keceriaannya menunggu kesembuahmu.
Mereka butuh kamu, kita butuh kamu.
Kemudian aku dengar berita tentang kepergianmu yang mendadak, Aku terkejut tak bisa berkata apa2. Serasa mimpi, temanku si ndut yang lucu telah berpulang kehadirat Ilahi. Aku lihat kamu dalam tidur panjangmu, dengan senyum penuh kedamaian.
Terasa hilang satu mutiara diantara kita, hilang satu saudara & sahabat kita.
Selamat jalan Mamat, selamat jalan Endut, selamat jalan sahabat !!!
Semoga jalanmu diberi kemudahan dan kelancaran menghadap-Nya, Allah SWT.
Kau selalu tersimpan dihati kami semua, semua yang ada pada dirimu tetap ada di dalam hati.Karena kau tak tergantikan.Tenanglah kau di haribaan-Nya.
Teriring do'a dari kami semua, yang sangat-sangat dan selalu menyayangimu, mengenangmu.
"Ya Allah, terimalah sahabat, saudara kami ini disisi-Mu ya Allah.
Dengan semua amal ibadahnya. Ringankan bebannya ya Allah.
Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berilah ketabahan bagi keluarganya yang dia tinggalkan. Engkau yang Maha Mengetahui dan Maha Menentukan yang terbaik bagi kami.Amin.
Selamat jalan sahabat......!!!!!! Kami semua menyayangimu....
/Dewi Kristianti
-----------
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Kami sekeluarga turut berduka cita atas wafatnya rekan kami Rahmat (Mamat). Semoga arwah beliau diterima diSisi Allah swt dan kepada keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan iman dan kesabaran Amiiin. Salam, Achmad Purwadi
-----------
Inna Lillahi Waa Inna Illaihi Rojiun,
Turut berdukacita, semoga amal ibadah Mamat diterima Allah dan yang ditinggalkan tabah dan Ikhlas menerima mamat kembali ke Pemiliknya serta di tambahkan iman islamnya..Amiin //Noni
-----------
INNALILLAHI WA INAILLAIHI ROJI'UN ...
Semoga arwahnya diterima disisi Nya
Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan
Amiin .../ Hadi Istanto
------------
Kita semua memang kehilangan Mamat, tapi jangan bersedih, karena Mamat Insya Allah sudah tenang disisiNya.. Aku tadi lihat mamat pakai kain ihram sebagai kafannya.. sepertinya dia sudah menunaikan ibadah haji ya. di nisannya tertulis H.R Rachmat Soedjoko. Doaku senantiasa untukmu mat, semoga Allah mengampuni semua kekhilafanmu dan menerima semua amal ibadahmu serta dijadikannya makammu sebagai satu dari taman-taman surgaNya.. Amiin. / Salam, Meita
------------
MAMAT adalah salah satu sosok teman yg paling bersahabat bagiku, dia telah menemaniku sejak dibangku SMP 68 lalu di SMA 34 dan terakhir sama2 kuliah di Budi Luhur. Selain itu juga sama2 hobi ke Balai Rakyat Cilandak Sahabatku MAMAT main basket dgn team SONIC nya saya main voli dgn team SMATE. Kini Sahabat kita telah mendahului kita menghadap Illahi. Kita doakan dgn penuh keiklasan semoga segala dosanya diampuni dan amal ibadah diterima Allah SWT. Amin amin ya robbal alamin. SELAMAT JALAN SAHABAT./ Rinaldi Sabir
-------------
“Friends are special people. We can't pick our family, and we're sorely limited in the number of them at any rate. Society and mores (and often our own conscience) dictate we select a single mate. But our friends can be as diverse and infinite as the adjectives we choose. Our friends, in a very real sense, reflect the choices we make in life”.
He choose the good day to die…itu kata pertama yg gw inget pd saat diberitahu kl mamat udh ngga ada, pd saat itu gw lg ada tamu org2 jerman kebetulan kita ada lunch meeting di club house swarna, dan gw lg ngga focus krn kebetulan ada lagu yg udh lama bgt gw ngga denger>>”Stairway to heaven_by Led Zepplin”. Dalam hati gw ngga ada salahnya lirik itu gw masukin aja di milis.
Syukur alhamdulilah kemaren gw liat mamat dalam keadaan tersenyum, kata orang itu pertanda bahwa pd saat dia ketemu “boss”nya, which is boss gw jg dalam keadaan gembira. Pada saat disamping mamat ada pula istrinya, ita. ita sempet cerita ke gw kalau memang dalam 3 hari kebelakang kondisi mamat sedang turun, tingkat kegelisahannya tinggi, bahkan satu hari sebelumnya mamat sama sekali tidak tidur, dahaknya mengeluarkan darah. Ita kebetulan ada tugas 2 hari di Balikpapan dan baru kemarin lusa malam tiba, sepanjang malam ita ngobrol dengan mamat, walaupun mamat tdk bereaksi tapi seolah2 memang mamat mendengarkan. Kemarin pagi ita pamit untuk bekerja seperti biasa, tapi mungkin karena mungkin “firasat”, pada saat ita cium tangan seolah mamat tdk ingin dilepas tangan ita dari genggamannya. Tapi sepertinya memang seluruh keluarga sudah ikhlas akan kepergian mamat. Ita pesen ke gw, tolong sampaikan ke temen2 mamat, sampaikan terimakasih sebesar2nya atas semua dukungan teman2 selama ini, sampaikan pintu maaf sebesar2nya untuk mamat, sampaikan ikhlasnya atas kepergian mamat. Tiga hal itu yang gw jg punya tanggung jawab untuk menyampaikan di milis ini.
Gw jg minta maaf ya mat, kl gw juga banyak salah sama lu. Ceritanya gini, kebetulan diawal gw main tenes bareng alumni, gw suka ngomong ke dia tolong dijaga makannya, terutama yg mengandung bnyk cholesterol. Dia sering ngeluh kl badan dia ngga enak, susah jalan lah, dan macem2 hal lain yg nyangkut kesehatannya. Karena dah keseringan gw ngasih tau, sampai suatu hari ketika kita makan bareng di cipete, kalau ngga salah setelah selesai syuting acara zona 80, dia ngambil bnyk bgt jeroan, yg notabenenya bnyk cholesterol, gw bilang gini: “udah ahh jek terserah lu, lu mati aja sekalian”, walaupun itu kata2 becanda yg gw lontarkan ke dia lantaran emang susah bgt utk dikasih tau. Ada kesan tersendiri buat gw di tahun kemaren kita ketemu, pd saat itu setelah acara reuni fivo sebelum acara donor darah. Dia bilang gini : “tengkiu ya jek, lu dah bikin gw seneng, lu mempertemukan temen2 gw yang dah lama ngga ketemu, mempertemukan sahabat lama adalah ibadah”, gw balik ngomong gini: ahh ngga jg, justru gw yg terimakasih sama lu, karena lu jg turut andil dalam hal ini”.
Mamat adalah sosok paling humoris yg gw kenal selama ini, dalam hati gw, pasti ada hikmah dibalik semua ini. Kemaren rizal jg sempet ngomong “tengkiu ya mat, di hari “senang”nya aja kemaren malem, ternyata masih banyak juga tali silaturahmi terjalin, gw ambil contoh diantaranya ada udin tompel dan ivan yg dah lama ngga ketemu. Tengkiu ya mat, lu dah berbuat banyak utk kita, dan kita akan selalu mengenal mamat sekarang seperti kita mengenal mamat dl waktu SMA. Lu dah nyalip temen2 disini, dan semoga lu ngga ada halangan apapun untuk singgah di stasiun2 berikutnya, ok bro…just like the song said “stairway to heaven”… may you rest in peace..Sahabat lu..
Wass,
Hari Prasetiya
-----
Rachmat
Ingatan nama ini buat aku agak lupa dengan sosok se orang Rahmat.
Waktu ada teman yang bilang Rahmat gendut
Aku bingung
Setahuku Rahmat kurus
Tapi..... Ketika melihat Foto Rahmat dengan cerianya bersama anaknya di suatu acara anak sekolah di Kampung Main....
Ya Allah, aku kenal Rahmat ini dengan baik
SMP n SMA kami bareng
Rahmat yang selalu berusaha membuat orang senang
Sayang, aku baru bergabung dengan FB dan baru tahu bahwa teman2 SMP dan SMA masih tetap berhubungan.
Kalau saja dari dulu aku udah tahu sakitnya Rahmat
Mungkin ada yang bisa aku bantu.
Mungkin ada yg bisa kulakukan, mungkin.... Mungkin... Dan sejuta mungkin.
Rahmat, selamat jalan, semoga apa yang telah kau ibadahkan akan menjadikan engkau menciptakan tempatmu sendiri yang terbaik, terindah, termulia di sisi Allah SWT.amin
Selamat jalan kawan // Diah Zulfah
-------
Selamat jalan temanku...
semoga perjalananmu menuju Khalik lancar dan sampai disis Nya...Amin. / Aty Argari
------------
Innalillahi wa inalillahi rojiun, semoga arwah almarhum diterima di sisiNya dan keluarga yg ditinggalkan tabah serta selalu dibawah bimbinganNya. Amien.
Dari Widi Amanasto
-------------
Inalillahi wa inalillahi rojiun....Turut berduka cita dan semoga arwah almarhum diterima di sisiNya.....Dan semoga yg ditinggalkan diberi kekuatan. Amin
-Ramitta Jetta-
----------
Semoga arwah beliau diterima disisiNya dan keluarga yg ditinggalkan diberi ketabahan.. Amin. –Novianti-
-----------
Turut Berduka, Innalillahi wa innalillahi rojjiun
-Daan Grendo-
Selasa, Februari 03, 2009
Wisata Kuliner Yogyakarta
Yogya is Never Ending, begitu tulisan yang terlihat disebuah papan iklan di pinggir jalan. Wah, tidak kalah dengan slogannya Malaysia yang mengklaim sebagai The Truly Asia. Memasuki Yogya memang ada terkesan setangkup rindu yang kini terobati.. persis seperti Katon dan teman-temannya di Kla Project nyanyikan, Yogyakarta. “Pulang ke kotamu ada setangkup haru dalam rindu.. “.
Sabtu, 24 Januari 2009. Tiba di Bandara Adi Sucipto, pukul 8.30. Masih pagi, karena pesawat kami berangkat dari Jakarta, pukul 6 pagi. Peserta wisata kuliner ada 10 orang, yakni Hari, Didien, Tira, Dewi, Tosan, Hanum, Rina, Diah dan saya (Meita). Kemudian menyusul Handoyo yang memang bermukim di Solo. Senangnya berkumpul dan jalan bareng dengan teman SMA. Padahal sewaktu di sekolah dahulu kami tidak akrab, bahkan ada yang kurang kenal.. maklum, sekolah kami dahulu muridnya banyak. Namun setelah reuni, kami jadi akrab dan dekat satu sama lain. Itulah makna silaturahim yang terjalin kembali, setelah terputus lebih dari 20 tahun.
Kedai Soto "Pak Martoni"
Dalam perjalanan menuju ke penginapan, tanpa terasa kami belum sarapan, jadi lapar sekali.. saat itu waktu menunjukan pukul 9.00. Mampir ke Kedai Soto Pak Martoni, Jalan Raya Janti 333, Gedong Kuning Depan JEC. Menunya Soto Daging, boleh dengan tambahan perkedel dan jeroan. Enak juga sotonya, karena lapar, jadi langsung habis.. tapi jeroannya gak ada yang sentuh.. he..he.. pada takut kolesterol.. Disambut oleh pengamen “profesional” lagunya enak.. dan suaranya merdu. Ada lagu kesukaan Tosan, “kutertipu, kuterpedaya..oleh tipu muslihatmu.., dst..” Memangnya kenapa Tosan? Kamu tertipu? Lagu itu sering banget dinyanyikannya.. Senang sekali sarapan sambil mendengarkan lagu dari pemusik jalanan. . Tak lupa sebelum pulang foto bareng dengan mereka. Kata Didien, pemain gitarnya ”lucu”!
Sehabis makan, Tosan seperti guide.. menunjuki kita nama jalan dan obyek wisata. Dan ternyata dia ”meracuni” kita untuk mampir di toko perak. Sang penjaga toko sampai kewalahan.. karena semua perhiasan diborong, sampai-sampai sisanya tinggal sedikit, maklum semuanya bagus-bagus.. gak tahan, akhirnya dibeli semua (he..he.. bohong deh).
Rombongan melanjutkan perjalanan ke arah Makam Pahlawan. Tosan yang nyupir mobil memasuki jalan Kusumanegara, “itu taman siswa, itu Pabrik Susu Sari Husada” katanya. “Ingat gak dulu waktu kelas II, kita study tour kesana?” Tanya Tira. Oh iya.. ya.. tentu saja saya ingat. Saya dulu sama Hari satu kelompok, bikin penelitian tentang pengolahan susu.. eh salah, maksudnya minyak kelapa sawit. Lah koq..? Ke pabrik susu, tapi yang ditulis kelapa sawit? He..he.. Sepanjang perjalanan si Dewi nyanyi terus .. kalau dengar lagu dari radio di mobil.. tanda suka cita kali ya ?
..
Minum Es Krim di "Merpati Murni"
Lalu kami mampir di toko roti Merpati Murni. Mau Brunch, Hanum makan bubur candil, katanya enak sekali, gak terasa manis.. dan yang bikin kaget, harganya Cuma 2000 rupiah. Tira, borong roti, katanya murah, satunya cuma 2500, tapi sudah seperti roti yang dijual di cafe atau toko roti di Mall yang ada di Jakarta. Kalau di Jakarta satunya bisa 5000-7500. Isinya macam-macam, ada abon, keju, fla, coklat, pisang, dll, semuanya enak banget. Beli 30.000 isinya sudah macam-macam.. seru deh. Lalu tidak lupa minum es krim. Kata Hari, “es disini enak banget”, ternyata benar loh !
"Roemah Eyang"
Akhirnya, tibalah rombongan di Roemah Eyang, penginapan kelas melati tapi seperti hotel butik., resik dan apik. Pokoknya ok deh. Yang penting, nyaman dan bersih.. begitu sampai.. langsung foto, taruh barang sebentar, lalu pergi lagi.. kali ini menuju Kaliurang.
Tiba di kawasan Kaliurang sudah siang pukul 14, “terpaksa” makan siang dahulu di Boyong Kalegan. Resotoran ala kuring.. dengan danau buatan dan rumah-rumah ijuk. Makan ikan gurame. Ikan kecil-kecil (aduuh lupa namanya, kalau gak salah Ikan Wedar?), sayur kangkung, dll. Hmm, lezat. Sambil makan siang, wajah Hanum, Diah dan aku dilukis. Hasil lukisannya... wah jangan dilihat deh, malu..!
Ullen Sentalu Garden
Waktu menujukkan pukul 15.30. lalu kami menuju Ullen Sentalu, Museum Kebudayaan Jawa yang terletak di Kaliurang Yogyakarta. Setiba disana, nyaris tutup, karena museum buka sampai pukul 16.00. Dengan harga tiket Rp 25.000, kita bisa melihat sebuah jendela warisan kekayaan budaya dan sejarah. Bukti peradaban Jawa yang diwakili oleh Kerajaan Mataram. Lukisan-lukisan cantik dan batik terpampang selayaknya gallery. Sungguh indah. Namun sayang, sewaktu tiba disana hujan, sedangkan untuk ke beberapa bagian gedung harus melewati jalan keluar yang tak beratap, sehingga kami berlari-lari sambil kehujanan. Yang seru adalah tour guidenya, namanya kalau tidak salah Mbak Ida. Lucu banget.. benar-benar bikin orang tertawa.. wajah dan penampilannya kocak, cara menyampaikannya juga bikin orang geli. Dia buat istilah top markotop (maksudnya top banget gitu), terus bilang oke jadi occe.. Kata Hari penampilannya mirip ibunya Bart Simson.. he..he.. Tapi kami salut sekali dengan si mbak tadi, pengetahuan sejarahnya dan urut-urutan raja, ratu, isteri, selir, dll hafal diluar kepala. (yah terang saja namanya guide..). Sayang kami tidak boleh mengambil foto di dalam museum.
Masih di kawasan Kaliurang, dari musem kami mampir ke warung kopi untuk makan jadah tempe di Warung Jadah Tempe Mbah Carik. Makanan ini benar-benar antik, seperti ketan, tapi dalamnya tempe. Sambil minum wedang jahe atau jeruk hangat. Ennakk deh. Mana habis kehujanan, baju basah.. rasanya nikmat minum yang hangat-hangat.. Gak lupa setelah itu foto-foto.. tettepp !
Yang juga tidak boleh ketinggalan adalah belanja. Kalau yang ini jagonya Tira deh. Dia paling pintar memilih mana yang bagus, mana yang cocok dan kalau di pasar juga pintar menawar. Lalu mampirlah rombongan ke Mirota yang masih terletak di Kawasan Kaliurang.. Pilih-pilih batik hingga lewat waktu Maghrib.
Antri, Gudeg Permata
Malam hari, kami melanjutkan wisata kuliner. Gak sah, kalau ke Yogya gak makan gudeg. Jadi.. tentu saja kami kejar gudeg yang paling enak sedunia ? yakni Gudeg Permata di Jalan Gajah Mada, depan Bioskop Permata. Jangan membayangkan restoran yang mewah disini syukur-syukur bisa duduk di dalam tenda, karena yang makan banyak.. sebagian besar bahkan duduk lesehan di emperan toko. Bersyukur kami datang lebih awal, sebelum pk 21.00 (buka jam 9 malam). Jadi masih dapat tempat duduk di dalam tenda. Dan benar enakk banget.. bumbunya banyak, dan sambel goreng kreceknya itu mantep deh.. Kata Tosan, gudeng ini langganannya Katon, kalau ke Yogya dia selalu mampir kesini.
25 Januari 2008, rencananya hari ini akan pergi ke Solo. Tira dan Hari ingin sekali makan SGPC. Awalnya saya bingung, apaan sih itu? Oalah, gak tahunya Sego Pecel. Jadi, dalam perjalanan ke Solo, rombongan mampir dahulu untuk sarapan SGPC Bu Wiryo 1959 di Jalan Agro CT VIII Klebengan, yang katanya melayani UGM sejak tahun 1959. Wah berarti sang doktor atau profesor dari UGM termasuk “alumninya” si mbok ya? Tapi memang enak.. bumbu kacangnya tuh ‘medok’ banget. Dan sayur rebusannya masih segar2, ditambah tempe, krupuk dan minum juice tomat atau juice jeruk..hmm enak deh.
SOLO
Perjalanan ke Solo kurang lebih 2 jam. Memasuki wilayah Klaten hujan turun lumayan lebat. Di Solo. Kami menjemput Handoyo, dulu waktu SMA pernah ikut vocal group yang ikut meramaikan acara peresmian SMA 34 Filial menjadi SMA 66 di Jalan Bango Pondok Labu. Handoyo didampingin isteri dan anaknya. Di Solo, kami mampir di Pusat Grosir Solo, ramai sekali, parkir penuh. Didalam gerah rasanya. Tapi belanja ternyata jalan terus. Berburu batik lawas.. dapat 2 potong blus dengan harga Cuma Rp 50.000. Lumayan keren..
Di Solo, kami juga mampir ke toko oleh-oleh Mandarijn, borong kue lapis dll, terus mampir minum es krim di Toko Es Krim Tentrem di Jl Urip Sumoharjo. Fruit Cake Ice Cream dan Banana Splitnya.. enak deh.. segarr, Hari dan Tosan pesan Coffee with rum and cream.. hmm..
Nah, tibalah saatnya makan “siang” yang sebenarnya sudah sore. Waktu menunjukkan pukul 16.30 sore. Bebek Goreng Slamet di Sedahromo Lor, Kartasura, sudah menanti. Setiba disana Didien yang ingin segera pesan dicuekin oleh sang penjual. “Kenapa sih orangnya cuek banget?” tanyanya. Ternyata restonya baru buka pk 17.. oalah pantas saja mereka belum mau meladeni kami. Setelah pesanan makanan terhidang semua.., ya ampun ini benar-benar ennakk deh. Tira bilang, “Top Markotop” meniru ucapan si Mbak Ida, tour guide kemarin di museum. Didien bilang, “kog bisa sih daun pepayanya gak pahit?” Terus kata Diah.. sambalnya mantap pedasnya. Tadinya kami berpikir nasinya gak habis.. biasa pesan setengah. Tapi ternyata satu piring habis bis.. ludes. Masya Allah. Nikmat sekali. Rina terlihat sangat lahap. Hari bilang, katanya kalau wisata kuliner, sebaiknya cuma sekedar icip-icip saja, gak perlu dihabisin, karena banyak makanan yang akan kita jajal, kalau perlu satu piring untuk berdua. Eh.. tapi ternyata dia juga habis.. barangkali kurang malah.. he..he.. Dan yang bikin bingung, murah meriah.. untuk 11 orang, gak sapai 250ribu rupiah !
Dalam perjalanan pulang, semulanya kami ingin beli Abon Varia yang terkenal itu, tapi setiba disana tutup. Kami lupa, besok kan hari raya imlek, jadi beberapa toko terutama yang pemiliknya Orang Cina, tutup tokonya. Di mobil kami sibuk pesan bakpia untuk diantar besok padi. Bakpianya memang enak sekali.. tapi ternyata kami baru tahu, dikardusnya ditulis tersedia di Carrefour, Lebak Bulus. Oalah..
26 Januari 2008, bersdiap-siap untuk pulang ke Jakarta. Koper sudah standby di depan kamar. Jadwal keberangkatan pesawat pk 16.30. tapi pagi hari kami sudah siap untuk mampir terlebih dahulu untuk makan mpek-mpek Nyonya Kamto. Hari yang dahulu sempat kuliah di Yogya bilang, “mpek-mpek ini enak banget, lebih enak dari mpek-mpek Palembang, gue tuh paling penasaran ingin kesini dari kemarin”, katanya. Dan benar enak, ikan tenggirinya terasa banget. sampai pada nambah.. hmm yummi.
Menuju bandara, mampir terlebih dahulu untuk makan siang di Sate podomoro di Jalan Mataram. Hari bilang, dulu rasanya kalau mau makan sate disini mikir dahulu, karena untuk ukuran mahasiswa cukup mahal. “Tapi sekarang sudah gak mikir lagi kan Har?” Hayuk aja.. leker banget.. aduh..
Kami masih punya waktu cukup lama ke Bandara Adi sucipto. Untuk menghabiskan waktu, mampir ke Museum Affandi yang terletak di Jalan Laksda Adi sucipto yang menghubungkan Kota Yogyakarta dan Solo. Letaknya sangat strategis,tidak jauh dari bandar udara dan di tepi sungai Gajahwong. Tiket masuknya Rp20.000/orang. Jam buka dari pk 09.00-16.00. Menempati tanah seluas 3500m2. Teridiri dari 3 galeri. Yang pertama, untuk meuat hasil karya lukisnnya, didalamnya ada mobil Colt Gallant tahun 1976 yang merupakan mobil kesayangannya. Mobilnya bentuknya lucu, dimodifikasi seperti bentuk ikan. Warnyanya kuning. Galeri II, tempat sanggar melukis anak-anak. Galeri III memejang foto keluarganya; hasil sulaman isterinya, Maryati, Lukisan Kartika dan Rukmini. Kami berdecak kagum melihat lukisan beliau.. harganya ada yang ratusan juta.
Setelah puas melihat lukisan lalu menuju bandara. It’s time to say good bye. Yogyakarta memang kagak ada matinye.. is never ending. Begitu kata slogan. Insya Allah, suatu saat kami kembali lagi. Jangan lupa, kata Tira, kalau habis wisata kuliner, setiba di Jakarta harus puasa Senin Kamis, sebagai penyeimbang. Iya deh, ingetin ya Tir.. Sampai jumpa di tujuan wisata berikutnya: Ho Ci Minh ?
Jakarta, 4 Februari 2009
-Meita-
Tira, baca Surat Yassin di pesawat, karena pesawatnya mengalami turbulance sewaktu pulang ke Jakarta.
Di depan pintu masuk "Roemah Eyang"
Di Kaliurang, yang potret Hari
Tosan, ngapain sih?
Selasa, Desember 16, 2008
Mengintip “Ketika Cinta Bertasbih” di Mesir
Kisah kehidupan mahasiswa di Cairo, Mesir sepertinya menjadi genre novel-novel karya Habiburrahman El Shirasy (Kang Abik). Setelah sukses dengan Ayat-Ayat Cinta yang diangkat ke film layar lebar, novel karyanya Ketika Cinta Bertasbih kini juga difilmkan. Kali ini, rumah produksi Sinemart Pictures milik Leo Sutanto tengah menyelesaikan adaptasi novel dwilogi Kang Abik berjudul “Ketika Cinta Bertasbih”.
Tak tanggung-tanggung, dua nama besar perfilman nasional, Chaerul Umam dan Imam Tantowi akan berduet sebagai sutradara dan penulis skenario. Sangat menarik, mengingat prestasi Chaerul yang telah meraih Piala Citra 1992 di Ramadhan dan Ramona dan penghargaan pada Festifal Film Asia 1977 di film Al Kautsar. Film terakhir Bang Umam berjudul Fatahilah, sudah 11 tahun yang lalu, jadi pembuatan film ini adalah tantangan baginya untuk berusaha menghasilkan film religi yang terbaik, begitu juga bagi Imam Tantowi yang meraih Citra 1991 di Soerabaia’45 untuk sutradara terbaik dan Citra 1989 di Si Badung untuk kategori Penulis Cerita Terbaik.
Di Mesjid Al Azhar, Bang Umam, Kang abik dan Ustadz Ridwan
Pembuatan film ini dilakukan dengan sangat hati-hati dan selektif, terutama dalam penentuan calon pemain filmnya. Tokoh-tokoh utama, seperti Azzam, Ana, Eliana harus melalui proses rekrutmen audisi yang berat. Kabarnya lebih dari 5000 orang yang ikut audisi. Untuk tokoh-tokoh “saleh dan salehah” seperti Azam dan Ana selain punya talenta acting, juga harus pandai mengaji dan paham ayat-ayat Al Qur’an. Subhanallah.
Pemeran Ana, bersama para ibu KBRI
“Ketika Cinta Bertasbih (KCB)” yang terdiri atas dua buku memakai dua setting latar Mesir dan Indonesia. Episode pertama mengenai pengembaraan Khairul Azzam untuk menuntut ilmu di Al-Azhar, Kairo, dan perjuangannya selama sembilan tahun untuk menyelesaikan studi S1 di Al-Azhar sambil mencari biaya pendidikan adik-adiknya di tanah air dengan berjualan bakso dan tempe pada para mahasiswa maupun warga Indonesia di Kairo.
Untuk episode dua mengenai pencarian cinta Khairul Azzam di tanah kelahirannya (Pulau Jawa). Episode dua akan membuat Anda berlinang air mata saat Azzam kehilangan orang yang sangat dicintainya dan kenangan Husna (Adik Azzam) ketika Ayah mereka meninggal dunia.
Salah satu sisi Gedung KBRI
Alhamdulillah, saya berkesempatan mengikuti pembuatan Film KCB di Cairo, Mesir. Ketika itu saya dan rombongan hadir pada saat pengambilan gambar di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Cairo. Bapak AM Fachir beserta ibu mengizinkan kru KCB untuk melakukan pengambilan gambar di gedung KBRI nan megah. Menurut Ibu Fachir, gedung kedutaan di Mesir ala “White House” ini hanya dimiliki oleh 3 negara, yakni Republik Indonesia, USA dan Kerajaan Inggris. Untuk KBRI, selain megah letaknya sangat strategis di daerah Doki dekat Sungai Nil. Gedung ini pemberian dari Boutros Boutros Ghali, mantan SekJen PBB asal Mesir. Pengambilan gambar di KBRI sangat penting bagi Film KCB, karena di film ini, karakter Eliana yang diperankan oleh Alice Norin, adalah puteri dari Duta Besar RI untuk Mesir.
Bersama Cholidi, pemeran Azzam, di pintu masuk KBRI
Begitu tiba, kami disambut Azzam, alias Kholidi pemeran utama pria. Berpakaian ala Chef, kepala koki. Saat itu sedang pengambilan gambar untuk acara Food Bazaar dan Festival Indonesia, seperti di novel. Ada sate, soto dan beragam panganan khas Indonesia. Azam sebagai juru masak yang memasak di salah satu stand. Selain itu ada persembahan tarian Aceh di atas panggung. Suara riuh rendah para penari Saman membuat semarak suasana. Tamu-tamu dari berbagai negara hadir di acara tersebut.. Ada dari Afrika, Turki dll. Mereka adalah penduduk Mesir yang diminta berperan sebagai diplomat. Namun sayang, karena “bule”nya kurang, tak ayal Ayah Alice Norin yang saat itu semula hanya datang untuk mengunjungi anaknya yg berperan sebagai Eliana, didaulat sebagai extra talent oleh Chaerul Umam menjadi Diplomat Norwegia. Beliau memang asli Norwegia. Kata Alice, ayah saya orangnya pendiam dan biasanya gak mau tampil.. tapi kog saat ini bersedia ya..? katanya sambil tersenyum geli.
Bersama Alice Norin, pemeran Eliana
Ibu Dubes saat itu juga "heboh", beliau seperti layaknya asisten sutrada, mengerahkan para ibu dan staf KBRI untuk turut membantu pengambilan gambar. Menurutnya beliau turut mempersiapkan setting dekorasi, termasuk gubuk-gubuk untuk stand makanan, juga payung dan ornamen tradisional lainnya yang sengaja di ”impor” langsung dari Indonesia. Selain itu beliau juga menyiapkan makan siang untuk para pemain film dan kru.
Saya sempat merasakan serunya pembuatan film ini, ketika diminta menjadi pemeran figuran, dimana harus mendampingi Bapak dan Ibu Din Syamsuddin yang berperan sebagai cameo, alias berperan sebagai diri sendiri dalam film tersebut. Pak Din sengaja diminta untuk ikut tampil dua scene, sebagai tokoh Indonesia yang hadir di acara bazaar tersebut. Yah lumayan seru.. meski cuma sekelebat saja di film.. he..he..
Pengambilan gambar untuk acara Food Bazaar dan Festival Indonesia berlangsung seharian, dari pagi hingga pukul 4 sore. Karena cuaca di Mesir memasuki musim dingin, sehingga pukul 5 sore seperti sudah memasuki Maghrib. Bang Umam harus segera menyelesaikan adegan demi adegan secepat mungkin, khawatir keburu gelap..
Tari Saman
Persiapan shooting
Para "tamu manca negara"
Menurut Mas Dani,line producer, hampir seluruh obyek wisata di Mesir digunakan untuk pengambilan gambar, termasuk Istana Montazah, Benteng Qit Beay di Alexandria, Giza Piramid, Masjid al Azhar dan tentu saja Sungai Nil. Yang susah adalah pengambilan gambar di Pasar Kalili. Pasar yang menjual beragam produk kerajinan khas Mesir sangat padat dan ramai dikunjungi baik penduduk lokal maupun turis asing. Mereka tidak mau di usik ketenanganya.. sehingga ketika pengambilan gambar.. ada yang tiba-tiba berjalan ke arah kamera begitu saja. Ketika diberi tahu bahwa ada shooting film, mereka tersinggung, katanya “ini daerah saya”...
Pasar Kalili
Kisah mahasiswa di Mesir memang menginspirasi Kang Abik untuk karya-kaya novelnya. Dahulu saya berharap banyak, bahwa Film Ayat-ayat Cinta dapat sebagus kisahnya di novelnya. Saya sempat ikut napak tilas ayat-ayat cinta bersama Kang Abik ke Cairo, bahkan sampai ke daerah Helwan, apartemennya Fahri, tokoh utama dalam novel. Tapi sedih ketika melihat filmnya tidak mengambil adegan di Mesir.
Kini, Film Ketika Cinta Bertasbih hampir sebagian besar adegannya diambil di Mesir. Semoga film ini dapat berhasil memenuhi harapan para penggemarnya. Sebab film ini benar-benar ditunggu banyak orang. Dengan biaya yang besar dan keseriusan penggarapannya, maka bisa dikatakan ini film Indonesia terbesar abad ini.
Salam,
Meita
Ibu Fachir, isteri Dubes RI untuk Mesir
Lunch, bersama Ibu Dubes di KBRI
Istana Montazah, Alexandria
Benteng Qit Beay, Alexandria
Ditepi Sungai Nil.
Di Kawasan Dokki (ini Rizqa, anakku)
Langganan:
Postingan (Atom)